Perilaku Etika dalam Bisnis
Etika dan integritas merupakan suatu
keinginan yang murni dalam membantu orang lain. Serta kejujuran untuk mengakui
kesalahan dan belajar dari kegagalan. Kompetisi mengisyaratkan bahwa mereka
yang berhasil adalah yang mahir menghancurkan lawannya. Dengan kompetisi para
pengusaha, eksportir, dan lainnya di tantang untuk memasuki arena baru yaitu
pasar bebas di masa mendatang. Kompetisi ini tidak hanya ditentukan oleh ukuran
besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Perjalanan dunia bisnis yang seiring dan
saling membutuhkan antara golongan menengah kebawah dan pengusaha golongan atas
guna untuk menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika. Dalam
menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain
yaitu pengendalian diri, pengembangan
tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang
sehat, menerapkan konsep pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati
diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang
berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi,
dan Komisi), mampu mengatakan yang benar
itu benar, Sikap
saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan pengusaha ke bawah, Konsekuen
dan konsisten dengan aturan main yang ada, Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati, Adanya etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundangan-undangan . Dengan
adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua pihak untuk
melaksanakannya, kita yakin dapat menghilangkan setiap masalah yang timbul
nantinya, serta kita optimis dalam menghadapi era globalisasi di masa
mendatang.
Moral
dalam Dunia Bisnis
Dengan nanti adanya perdagangan Pasar Bebas akan membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untuk mendapatkan
kesempatan (opportunity) dan
keuntungan (profit).
Terkadang, untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan tadi mereka memaksa
orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak yang dirugikan atau
tidak. Ada saatnya dunia bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang
bermoral dan beretika, yang terlihat dengan saling
membutuhkan antara golongan menengah ke bawah dan
pengusaha golongan ke atas. Berbicara tentang moral sangat
erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan budaya, artinya kaidah-kaidah dari
moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang dimiliki
oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk
memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam kegiatan mendapatkan keuntungan
dalam ber-"bisnis". Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu yang
terpuji dan pasti memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Umpamanya,
dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan jujur dan konsekwen, jelas
kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh kepercayaan satu sama lain,
yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat saling menguntungkan. Moral
dan bisnis diperlukan agar terdapat dunia bisnis yang benar-benar menjamin
tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen.
Semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa
diimbangi dengan dunia bisnis yang ber "moral", dunia ini akan
menjadi suatu “hutan/rimba” modern yang dalam posisi kuat menindas
yang lemah sehingga apa yang diamanatkan UUD 1945, Pasal 33 dan GBHN untuk
menciptakan keadilan dan pemerataan tidak akan pernah terwujud. Moral lahir
dari ajaran agama dan budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan
hubungan antara manusia dengan manusia sehingga dapat
dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki
moral yang terpuji dalam melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral
dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak
tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran
agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
Etika Dalam Dunia Bisnis
Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan
etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang,
selaras, dan serasi. Etika dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada
suatu tindakan yang terpuji (good conduct)
yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Dunia
bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha,
tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal
ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan
antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain
agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain
berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang
tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang
disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Untuk
menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya kepedulian antara
satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang bersifat global yang
mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun dalam perekonomian.
Dunia Bisnis
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera
dibenahinya etika bisnis agar tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Dengan langkah
seperti apa? Dalam prakteknya/kenyataannya bisnis tidak jarang berlaku konsep
tujuan menghalalkan segala cara. Bahkan, tindakan yang berbau kriminal
pun ditempuh demi pencapaian suatu tujuan. Terjadinya perbuatan menyimpang dalam
dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan tetapi sebaliknya, makin
hari semakin meningkat. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan kepentingan
masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan
suap merupakan segelintir contoh pengabdian para pengusaha terhadap etika
bisnis.
Secara sederhana etika bisnis dapat diartikan
sebagai suatu aturan main yang tidak mengikat karena bukan hukum. Etika bisnis
sangat penting mengingat dunia usaha tidak lepas dari elemen-elemen lainnya.
Keberadaan usaha pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tata
hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama
pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung
maupun tidak langsung. Contoh adanya pelanggaran adalah
produk-produk hasil hutan yang mendapat protes keras karena pengusaha Indonesia
dinilai tidak memperhatikan kelangsungan sumber alam yang sangat berharga.
Mengapa Bisnis perlu beretika karena bisnis tidak hanya bertujuan
untuk profit melainkan perlu mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, apabila
tidak akan mengorbankan hidup banyak orang, sehingga masyarakat pun berkepentinan
agar bisnis dilaksanakan secara etis. Bisnis dilakukan diantara manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya, sehingga membutuhkan etika sebagai
pedoman dan orientasi bagi pengambilan keputusan, kegiatan, dan tindak tanduk
manusia dalam berhubungan (bisnis) satu dengan lainnya. Bisnis saat ini dilakukan
dalam persaingan yang sangat ketat, maka dalam persaingan bisnis tersebut,
orang yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang
semakin profesional justru akan menang.
Sumber:
IAI KAP, Aturan Etika Profesi
Akuntan Publik
Isnanto.R.Rizal Modul etika profesi ((materi kuliah UNDIP), http://eprints.undip.ac.id/4907/1/Etika_Profesi.pdf)
Etika dalam bisnis. http://suarniamran.files.wordpress.com/2011/02/etika-dan-hukum-dalam-bisnis.ppt
Etika Bisnis. http://kuliahtumanggor.blogspot.com/2011/10/etika-bisnis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar